Senin, 08 Agustus 2011

The end of Ideologi : Daniel Bell
Resensi buku

Judul buku      :The end of Ideologi
Penulis           :Daniel Bill
Tebal buku     :162
SBSN              :9799375193


Oleh : Laurens Bahang Dama


Kematian ideology. Itulah sepenggal pesan yang disampaikan Daniel Bell dalam bukunya yang berjudul Kematian Ideologi (terj). 

Dengan judulnya yang menohok itu, Daniel ingin menyampaikan pesan, bahwa kapitalisme saat ini telah menggurita dan menghegemoni. Artinya, ideologi lain telah dianggapnya mati dan tak berdaya.

Semisal kematian sosialisme yang ditandai dengan runtuhnya sosialisme Uni Soviet. Dan tentu, runtuhnya dan gagalnya sosialisme dalam membangun sistem ideologinya itu, memberikan ruang agresi yang jauh lebih luas bagi kapitalisme untuk mendeklarasikan kepenguasaannya terhadap dunia.

Dengan buku ini, Daniel ingin mengumandangkan pada masyarakat jagad, bahwa kedigdayaan kapitalisme tak tertandingkan. Dan ideologi lain mau tak mau harus tunduk dan meng-amini keniscayaan global yang kapitalistik. Dan dengan demikian pula, kapitalisme ibarat mulut raksasa yang bisa melumat sistem apa saja yang dinginkannya. 

Tulisan Daniel ini juga, membuka memori kita untuk mengingat tulisan “Kematian Sejarah” yang mengandaikan sejarah telah mati dalam genggaman tangan kapitalisme. Namun di balik semua argumentasi dan kepongahan itu, kita patut menyalami sisi lain dari kapitalisme.

Krtitik Ideologi
Kendatipun deklarasi kemenangan kapitalisme itu telah mendunia, paling tidak mendunia lewat coretan tangan beberapa teoritikus dan ideolog. Namun, hantaman demi hantaman terhadapnya (kapitalisme) pun cukup mengorek nalar kita untuk kembali melihat kemapanan dan ancaman kapitalisme sebagai suatu tata nilai yang meracuni dan mengobrak-abrik kehidupan masyarakat dunia.

Inilah kekhawatiran masyarakat di abad 21, yang kemudian memuntahkan kritik dan protes terhadap kapitalisme yang in-justice. Ketidakadilan kapitalisme itu memang dipertontonkan tanpa perasaan canggung dan berdosa lewat dominasi peran serta kerakusan untuk menggerus sumberdaya ekonomi negara-negara dunia ketiga. Termasuk lembaga donor raksasa yang senafas (kapitalistik) yang cenderung menghisap dengan argumentasi membantu. 

Lembaga-lembaga donor itu dengan serakahnya melumat sumber daya ekonomi di beberapa negara sedang berkembang dan negara dunia ketiga umumnya. Mereka menganjurkan perbaikan ekonomi dengan privatisasi dan restrukrisasi.Padahal, anjuran kebijakan ekonomi tersebut hanya memberikan ruang penggarukan yang lebih besar lagi, dan juga merupakan bentuk lain dari de-nasionalisasi. 


Ancaman default yang menibani pemerintah Amerika Serikat (AS), adalah tanda tanya besar, bahwa apakah sistem kapitalisme masih dianggap dalam percaturan ideologi ekonomi dunia? Tak ayal, keraguan pun membanjir bahwa kapitalisme dan rezimnya, tidak lebih dari mesin penghisap. Membiarkan ruang segregasi terus membengkak. Negara yang miskin diperas agar tetap miskin, dan negara-negara yang hendak berkembang dieksploitasi dengan ragam tawaran dan jebakan-jebakan ideologi politik ekonomi.

Dalam konstelasi yang demikian, maka buku yang ditulis Daniel Bell patut disimak dalam perspektif yang kritis. Dan tentu proporsional.Pertanyaan yang layak adalah apakahideologi lain telah mati dan saat ini kapitalisme patut menjadi jargon dalam parktek-praktek ekonomi secara mondial ? ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar