Rabu, 15 Juni 2011

PAN Usul Defisit APBN 2012 1,4 hingga 2%

Jakarta-Melalui Laurens Bahang Dama, Fraksi PAN mengusulkan defisit APBN 2012 sebesar 1,4-2%. Hal tersebut disampaikan pada rapat Panitia Kerja Asumsi Dasar APBN 2012. Angka tersebut dikatakan Laurens dalam rangka memacu pemerintah untuk meningkatkan penyerapan jauh lebih besar lagi. Dalam rangka memacuh pertumbuhan ekonomi. Defisit besar boleh-boleh saja, yang penting bermanfaat bagi perbaikan ekonomi. Menurut dia, selama ini, defisit kurang berimplikasi pada perbaikan pertumbuhan ekonomi, pengurangan tingkat pengangguran dan kemiskinan.Hal tersebut dipengaruhi oleh rendahnya tingkat penyerapan defisit untuk hal-hal produktif yang berkaitan pertumbuhan ekonomi.

Selama ini, peruntukkan defisit APBN tidak jelas, dan terkesan seolah-olah hanya diperuntukkan bagi dana saldo anggaran lebih (SAL) dan sisa lebih penggunaan anggaran (Silpa). Semestinya, efektifitas dan produktifitas defisit lebih dilihat pada tingkat penyerapannya, dan implikasi penyerapan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kalau realisasi defisit rendah, bagaimana mungkin diharapkan bisa berpengaruh positif terhadap PDB?

Pemerintah mengklaim bahwa penyerapan defisit sudah efektif, hal tersebut dapat dilihat pada tingkat penerimaan yang semakin membaik. Menurut Laurens, tingkat penerimaan tidak bisa dilihat sebagai ukuran efektifnya penyerapan defisit, akan tetapi hal tersebut merupakan hasil dari target penerimaan, "tidak serta-merta digeneralisir seperti itu". Demikian pungkas Laurens.

Dalam rapat yang sama Laurens menegaskan, meski penyerapan defisit tidak maksimal, akan tetapi beban pembiayaan atau beban bunga utang (defisit) terus dibayar oleh pemerintah. Hal ini justru membebani APBN dan menimbulkan inefisiensi anggaran. Olehnya itu menurut dia, satu-satunya cara adalah pemerintah mesti bekerja keras untuk meningkatkan penyerapan defisit pada sektor-sektor yang produktif. Besar kecilnya defisit tidak menjadi soal menurut anggota DPR asal NTT ini, yang penting kemanfaatannya jelas.

Pada RAPBN 2012, pemerintah mengusulkan defisit 1,4 - 1,6 %. Kecilnya defisit APBN ini menurut pemerintah dalam rangka menghilangkan risiko hutang. Menurut Laurens, seharusnya pemerintah jujur, bahwa kecilnya asumsi defisit tersebut, sebagai akibat dari "ketakutan" pemerintah dalam penyerapannya. Olehnya itu dia beranggapan asumsi defisit pemerintah tidak berdasar dan tanpa menggunakan ukuran-ukuran ekonomi yang kuat. Olehnya itu, dalam rapat Badan Anggaran Rabu, (16/6), mengambil range sementara defisit APBN 2012 sebesar 1,4 sampai 1,9 %.


Dalam rapat asumsi dasar APBN 2012 itu, menghasilkan beberapa keputusan, diantaranya pemerintah mesti menekan belanja infestasi yang tidak perlu, misalnya pembelian difestasi saham PT Newmont NTB dan infestasi di luar rencana belanja lainnya. Defisit mesti digunakan untuk belanja modal dan investasi yang dapat menggerakkan sektor riil.

Selama ini, ruang fiskal dalam APBN terlalu rigid, sempit dan bersifat rutinitas (tidak ekspansif). Contoh dari sempitnya ruang fiskal dimaksud adalah masih besarnya alokasi anggaran yang sifatnya mengikat, seperti anggaran rutin untuk subsidi, pembayaran bunga utang dan belanja pegawai atau perjalanan dinas yang inefisiensi.

Untuk saat ini saja, pembiayaan dalam negeri cukup besar, dan sebahagian besar dihabiskan untuk belanja pemerintah pusat yang mencapai Rp.830 triliun. Beban terbesar ada pada belanja pegawai sebesar Rp.181 triliun. Olehnya itu, rapat Badan Anggaran terkait asumsi dasar APBN 2012 mensepakati agar ke depan anggaran APBN untuk belanja pegawai, khususnya perjalanan dinas harus ditekan. Dalam rangka menciptakan efisiensi anggaran.

Belanja pegawai dan atau perjalanan dinas kurang-lebih 1-1,5% dari total APBN. Dalam rapat itu juga memutuskan bahwa, bila ditahun 2011 belanja barang tidak terserap hingga 13% dari APBN, maka ke depan Badan Anggaran menghendaki pemotongan anggaran untuk belanja barang hingga 13%. Hal tersebut dilakukan untuk mengukur sejauh mana tingkat penyerapan anggaran di tahun 2012 kelak. *** (MS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar