Senin, 13 Juni 2011

Revitalisasi Energi

Pertamina pesimis ihwal beban lifting yang diberikan pemerintah dalam asumsi makro APBN 2012 “katanya” terlalu besar. Pesimisme ini kemudian menggurat sejumlah soal yang perlu kita cerna. Pasalnya, salah satu sebab ketergantungan kita terhadap minyak dunia, adalah dikarenakan produksi dalam negeri kita belum mengalami peningkatan.

Ketergantungan terhadap minyak dunia ini, menyebabkan tingkat kegetasan ekonomi kita khusus disektor energi begitu rapuh dan sangat bergantung pada minyak dunia.

Lihat saja, ketika terjadi resesi politik Timur tengah yang berimplikasi pada fluktuasi harga minyak dunia, pengaruhnya terhadap ICP kita begitu signifikan. Yang menjadi core point kita adalah. faktor minyak memiliki multy player efect terhadap sektor vital ekonomi nasional.

Misalnya saja, ketiga terjadi kenaikan harga minyak, maka biaya produksi pun membengkak. Dengan beban biaya produksi yang membengkak itu, serta-merta akan mempengaruhi harga barang. Khususnya terkait kebutuhan pokok. Yang pasti, inflasi tak terhindarkan.

Saat ini, selain ide konversi, yang kita butuhkan juga adalah terkait revitalisasi sumur-sumur minyak yang ada di Indonesia. Meski lebih banyak sumur tua, bila direvitalisasi dengan baik, maka akan cukup membantu lifting minyak kita. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar